Rabu, 15 Mei 2013

The Long Wedding Road: Session 2

…………

Semudah itukah mengajak seseorang untuk menikah? (Ya)
Apakah mengajak menikah itu semudah mengajak seseorang pergi main? (Ya)
Terkesan main-main dengan ini?
Tidak serius dengan pernikahan?
Nikah itu serius, sakral, butuh proses, butuh persiapan matang, kemapanan, cinta. Bla bla bla.. Zuper sekali.. Hhhhrrrr…

.................

Proses yang membentuk apa yang kita inginkan. Saat kita capek berlarian, kita haus. Dalam keadaan haus itulah muncul keinginan untuk minum, dan gimana caranya mencari minuman supaya segar, gak haus. Itu juga kalo punya niat minum. Kalo males minum ya gpp, tidur juga boleh. Pilihan. Suka-suka.

Niat. Keinginan. Niat yang benar. Bukan niat dibalik niat.
Saat saya masih kuliah, beberapa pacar saya saat itu ada yg mengajak saya menikah. Terus terang pengetahuan saya kesana gak ada. Keinginan saya saat itu tidak ada menikah-menikahnya. Ya kuliah dululah, kerja dulu, ngeband, maen-maen ato apalah yang penting menikah itu gak tau buat apa. Gak kepikiran juga.

Hingga saatnya saya diputusin karena dibilang gak niat, apalagi saya gak lulus-lulus kuliah. Yauwes,
dengan energi kegalauan *ceileh*, skripsipun rampung. Sarjana Teknik ditangan. Dan seorang wanita dekat (yang dikenalin dari adekku) saat itu memberikan harapan dan tantangan untuk menikah dengannya, dengan proses menurut dia taaruf (menurut saya berkenalan). Dengan energi meluap-luap semacam itu, saya berusaha meraihnya, banyak belajar juga tentang Islam, juga tentang pernikahan, juga berusaha mendapatkan pekerjaan yang menurut para orangtua : Mapan.

Pekerjaan sebagai pegawai di sebuah perusahaan BUMN pun didapatkan, kabar gembira itupun aku sampaikan pada wanita tersebut, hasilnya adalah sebuah penolakan untuk menikah karena satu dan lain hal yang diruwet-ruwetkan sehingga janji tingal janji semacam batal menikah versi 2.1. *halah*

NIAT aja belum cukup bukan?
Lalu?

Adek saya menikah dengan sesorang yang dikenalnya lewat temennya, dari pertama ketemu hingga menikah memakan waktu 2 bulan, dimana sebulannya adalah bulan puasa. Persiapan yang ajaib. Mengingat mantu pertamanya ibuku yang termasuk gede-gedean. Saya berada diluar kota, dan pulang saat akan lebaran dan nikahan itu. Haru sekali saat itu. Adek saya pun tidak mengenal betul bagaimana suaminya. Dia cuman bilang: “pasrah mas, Allah yang ngatur”.

Beberapa selang kemudian, adek saya lagi-lagi mengenalkan saya dengan temennya, yang entah kebetulan atau apa adalah teman dekat wanita gak jadi nikah versi 2.1 tadi. Tapi kali ini saya hilangkan semua kriteria dan keinginan pada seorang wanita. Proses yang panjang untuk sebuah taaruf, pasrah gak pasrah yang jelas bapaknya beberapa kali bilang kalo tidak menyetujui. Gak bisa nego. Gak suka sama saya gampangnyalah. Batal menikah versi 2.2.

Niat. Pasrah. Gak cukup, kan?

Gak lama kemudian adek saya yang bongsor menikah. Dengan seseorang yang memang sudah lama dekat dengannya. Tinggal bersama-sama saya. Dan saya punya ponakan dari dia. Saya banyak belajar dari adek saya itu, bagaimana adek saya yang masih muda itu membina pernikahannya, berjuang menjadi ibu, istri, dan mahasiswa kedokteran tingkat akhir. Ya, walaupun masih muda kalo memang sudah waktunya menikah dan punya anak ya dikasih.

Niat. Pasrah. Waktu.

Niatkan menikah bukan karena-karena dan sebab-sebab tertentu. Cocok dan cinta itu bukan alasan “niat” buat menikah. Niat menikah karena ingin beribadah, menyempurnakan iman. Haus tadi, ya niatin minum. Gak peduli jatuh cinta apa enggak sama soda.
Pasrahkan apapun minumannya, kalo haus biasanya juga diminum. Pasrah. Ini sulit. Kebanyakan maunya. Harus manis. Yang dingin. Gak suka yg durian, yg kopi, dll. Yang manis bisa bikin diabete juga lohh.. Allah yang taulah yang terbaik mana buat kita. Tenang aja. Coba minum dikit-dikit. Siapa tau nagih.. *eaaak*
Waktu. Semua pada tau. Semua pada punya kalendar dan jam.. *gak meaning kalo ini* -_-’ Semua sudah ada waktunya. Waktunya makan kapan, tidur kapan. Waktunya belum mikir tentang nikah, sampe waktunya besok nikah. Mana jalan yang arahnya dipermudah, gak usah dipersulit. Nanti kalo dipersulit beneran, jadinya galau lagi. Tambah panjang ceritanya. #rawiswis. Bisa the long wedding road session 3 nanti.
……….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar