Tanggal 24 Maret 2014
Jam 19:30 ba’da isya
Saya pikir hanya kontrol biasa ke dokter, karena istri belum ada kontraksi dan bukaan sama sekali, sedangkan hari perkiraan lahir sudah lebih dari 4 hari. Dokterpun menyarankan untuk segera dikeluarkan karena terindikasi ketuban yang sedikit keruh. Dia bilang menggunakan metode yang dinamakan drip untuk mempercepat prosesnya. Keterangan secara medisnya itu gimana ga paham. Kita sih iyain aja, kan dia dokternya. Hahaha..
Dokter tersebut meminta secara uji lab, juga mental untuk memastikan bahwa, proses kelahiran normal itu memang sakit, jadi dipersiapkan. Istri dengan mantab bilang siyab! Saat ditanya mau kapan didrip dan ngamar, kita bilang sekarang! Beuh… Padahal belum makan malam….
Jam 21:00
Saya berjalan kaki mencari makanan disekitar, sedangkan Istri saya sudah bersiap tiduran di ranjang klinik bersalin tersebut, dan diinfus. Yang dimana baru tau kalo lewat infus itulah yang namanya drip tadi masuk. Oke fine.
Sembari makan nasi goreng, nonton tv di kamar, ngabarin orang tua dan mengamati pergerakan perut istri yang sudah sering mengencang. Dan semakin sakit, katanya. Saya gak tau mesti ngapain. Dia kesakitan, ada bercak2 di sprei kasurnya. Tapi suster tiap jam cuma ngecekin tensi sambil nambahin tetesan drip di infus sambil bilang gak papa. WTF! Saya kehabisan cerita, dan motivasi golden ways apalagi untuk menghibur istri saya. Saya kosong dan kudu piye tweep.. Aku rapopo.. :(
Tanggal 25 Maret 2014
Jam 02:00
Saya putuskan memencet bel di kamar untuk keadaan darurat, meminta suster melakukan hal lain, misalnya ngecek bukaan atau apalah yang kira-kira terlihat progres sesuatu yg entah gimana yang namanya progres itu, selain istri saya mulet mlungker kesakitan.
Ya suster itu akhirnya mau ngeceki bukaan. Lalu dia lakukan sesuatu pada istri saya, dan bilang sudah bukaan antara 3-4. Dia bilang menunggu bukaan lengkap untuk kelahiran. Lagi-lagi dia tambahkan GAKPAPA kok untuk menenangkan. Hmmm.. ;|
Sekeluarnya suster dari kamar, kesakitan istri saya semakin parah, darah di kasur sprei yg sudah dikasih perlak semakin banyak mengucur, saya juga semakin bingung dan galau. Saya diem aja sembari doa tipis-tipis. Saya sempat keluar kamar cari udara segar sambil berjalan-jalan sekitar klinik yang sepi banget gak ada orang selain kami. Cuman terdengar suara satpam depan klinik bermain kartu dan radionya yang nyetel dangdutan. Doh!
Jam 03:30
Sempat sholat tahajud 2 rokaat saat istri semakin kesakitan dan memencet bel panggilan yang harus dipencet sekali lagi karena yang pertama gak ada siapapun yang dateng. Suster yang terlihat baru bangun tidur itu akhirnya meminta istri untuk segera dipindah ke ruang persalinan menggunakan kursi roda.
Ruang persalinan heboh dengan suara kesakitan istri dan kedubrakan suster bidan mempersiapkan ruangan. Tidak lama berselang, dokter yang rumahnya dibelakang klinik miliknya sendiri itu datang. Dia langsung mengajarkan bagaimana cara ngeden, nafas, dan posisi yang harus istri saya lakukan dengan benar. Juga yang saya lakukan untuk membantu persalinan, yaitu mengangkat bantal di belakang kepalanya. Keren! Hmm..
Ngeden pertama salah.
Ngeden kedua keluar air ketuban.
Ngeden ketiga kepala keluar.
Ngeden kedua keluar air ketuban.
Ngeden ketiga kepala keluar.
Lalu keseluruhan badannya terlihat. Lalu tangisannya memenuhi ruangan. Saya dan istri saling tersenyum.
Menurut jam dinding, kelahiran terjadi pukul 04:17.
Adzan subuh diluar berkumandang.
Saya pun juga mengadzaninya yang mendadak dia berhenti menangis.
Saya pun juga mengadzaninya yang mendadak dia berhenti menangis.
Lirih di dekat telinga dan tatapan tajam Anakku. Bayi kecil milik Allah yang dititipkan melalui rahim istriku.
Alhamdulillah telah lahir ke dunia..